KETENTUAN - KETENTUAN SAAT PENGGUNAAN RANITIDINE DENGAN BAIK DAN BENAR

.          penggunaan Ranitidine pad penderita
                                   sakit perut
 
                      oleh: AVRIL FARICHA ZIDA 
                                

Ranitidine adalah obat yang digunakan untuk mengobati gejala atau penyakit yang berkaitan dengan produksi asam lambung berlebih. Beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan ranitidin adalah tukak lambung, penyakit maag, penyakit asam lambung (GERD), dan sindrom Zollinger. Ranitidine (ranitidin) sempat ditarik peredarannya oleh BPOM beberapa waktu lalu. Hal tersebut karena dugaan adanya kontaminan N-Nitrosodimethylamine (NDMA) di dalam ranitidine. Kontaminan itu diketahui bisa memicu sel kanker. Namun, setelah dilakukan kajian dan penelitian lebih lanjut oleh BPOM, beberapa produk dinyatakan aman dan dapat beredar kembali di pasaran.

     Nah, tahukah Anda apa itu ranitidine? Apa kandungan, efek samping, dan fungsi obat ranitidine? Ranitidine adalah obat untuk mengatasi berbagai kondisi yang berhubungan dengan asam berlebih di dalam lambung. Obat tersebut dapat pula mengatasi tukak lambung, tukak duodenum, hiperasiditas lambung, erosif esofaginitis, serta infeksi akibat bakteri H. pylori. Tak berhenti di sana, obat ini bisa digunakan untuk terapi tukak lambung akibat penggunaan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (AINS).

     Kegunaan Ranitidine Obat Ranitidine digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi, seperti: tukak lambung, tukak duodenum, tukak akibat penggunaan OAINS (obat anti inflamasi nonsteroid)hiperasiditas, mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri H. pylorir efluks esofagitis.

   Dosis dan Aturan Pakai Ranitidine 

   Tujuan: tukak duodenum Bentuk: tablet, Dewasa:150 mg 2 kali sehari atau 300 mg 1 kali sehari selama 4-8 minggu. 

    Tujuan: tukak lambung, Bentuk: tablet, Dewasa: 150 mg 2 kali sehari selama 2 minggu

    Tujuan: Tukak Gaster dan Duodenum,Bentuk: tablet, Terapi pemeliharaan: 150 mg pada malam hari sebelum tidur. Pengobatan kondisi hipersekresi patologis: 150 mg, 2 kali sehari. Penyakit berat: hingga 6 g/hari. Esofagitis erosif: 150 mg, 4 kali sehari.

   Tujuan: peradangan pada saluran pencernaan atas, Bentuk: injeksi, Dewasa: 50 mg yang diberikan melalui intravena sebagai dosis utama, dengan dosis lanjutan 0,125-0,25 mg/kg berat badan/jam melalui infus. Lalu, diberikan secara oral dengan dosis 150 mg, minum sebanyak dua kali per hari. Anak: 1 mg/kg berat badan (maksimal 50 mg) melalui intravena. Lakukan setiap 6-8 jam.

     Tujuan: produksi asam lambung yang berlebih: Bentuk  injeksi, Dewasa: Pemberian awal dengan dosis 1 mg/kg berat badan/jam. Jika dibutuhkan, dosis bisa dinaikkan 0,5 mg/kg berat badan/jam sesudah empat jam. 

    Cara Menggunakan Ranitidine: Ikuti petunjuk penggunaan seperti yang sudah dijelaskan dokter atau apoteker. Jangan menambah atau mengurangi dosis yang telah ditentukan. Ranitidine dapat digunakan tanpa atau bersama makanan, dan sebelum tidur.

     Obat ini harus dikonsumsi rutin demi hasil yang efektif. Tidak disarankan menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba, kecuali atas saran dokter. Sebaiknya hindari alkohol selama Anda menggunakan Ranitidine.

    Cara Penyimpanan Obat ini dapat Anda simpan pada suhu ruangan, di tempat yang kering, terhindar dari cahaya langsung. Perhatikan juga tanggal kedaluwarsa obat.

    Efek Samping Ranitidine Efek Samping ranitidine yang mungkin timbul, antara lain sakit kepala, pusing, insomnia, halusinasi, sembelit, mual dan muntah, serta ruam.

     Anda juga mungkin merasakan nyeri sendi dan otot, gelisah, rambut rontok, dan kehilangan libido. Segera konsultasikan dengan dokter jika efek samping yang Anda rasakan tidak hilang atau bahkan bertambah parah. Overdosis Penggunaan Ranitidine yang melebihi dosis dapat menimbulkan hipotensi.

    Kontraindikasi Obat Ranitidine sebaiknya tidak diberikan kepada orang yang pernah mengalami keluhan porfiria akut. Interaksi Obat Ranitidine dengan Obat Lain Beritahu dokter obat-obatan yang sedang Anda konsumsi, baik obat resep, obat bebas, suplemen, maupun herbal.

   Ingatlah juga kalau obat-obat ini dapat berinteraksi dengan Ranitidine: obat antijamur (seperti keteconazole), obat pengencer darah (seperti warfarin), obat penyakit jantung (seperti prokainamid), obat untuk infeksi HIV (delavirdine, atazanavir), obat untuk gangguan tidur (seperti triazolam dan midazolam), obat untuk kanker (misalnya gefitinib) glipizide.

Peringatan dan Perhatian:

  Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum diresepkan dan konsumsi Ranitidine. Beritahu dokter jika Anda punya alergi Ranitidine. Infokan dokter obat-obatan lain yang sedang Anda konsumsi. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada risiko interaksi obat Ranitidine. Beritahukan dokter kondisi kesehatan Anda, terutama jika memiliki penyakit lain pada perut yang serius, diabetes, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru jangka panjang. Jika Anda sedang hamil, memiliki rencana untuk hamil, dan sedang menyusui, pastikan dokter tahu.

   Peringatan Kehamilan: Ibu hamil harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu sebelum menggunakan obat ini.

   Peringatan Menyusui: Ranitidine dapat terserap ke dalam ASI. Penggunaan obat ini pada ibu menyusui sebaiknya atas persetujuan dokter.

  Fungsi Ranitidine: Ranitidine biasa digunakan untuk mencegah dan mengobati gejala sakit perut yang berhubungan dengan gangguan pencernaan dan asam lambung

  Ranitidine 150 mg adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelebihan produksi asam lambung, seperti sakit maag dan tukak lambung. Ranitidine 150 mg adalah obat golongan antagonis reseptor histamin H2 (histamin H2-receptor antagonist).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMERDEKAAN

Peran mahasiswa dalam kepedulian lingkungan untuk kesehatan dan perwujudan Indonesia emas